Sabtu, 05 Juni 2010

TIPS MENDONGKRAK PRESTASI ANAK


Bimbingan Belajar, Bisnis Subur Menjelang Ujian Sekolah Oleh Zita Meirina
Tiap menjelang ujian akhir sekolah dan tes penerimaan siswa baru, berbondong-bondong para siswa sekolah mendatangi lembaga-lembaga bimbingan belajar ?yang juga populer dengan sebutan bimbingan tes? untuk mengikuti pelajaran tambahan menghadapi ujian masuk SMP, SMA, maupun perguruan tinggi.

Fenomena ini tidak hanya terjadi di Jakarta, namun juga di kota-kota lainnya baik besar maupun kecil di seluruh Indonesia dan program tambahan belajar tersebut sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu.

Diawali dari kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta, saat ini lembaga bimbingan tes sudah merambah tidak saja di ibu kota provinsi namun juga kota-kota kecil seperti Serang, Cilegon, Garut, Cirebon, Temanggung, Wonogiri, Tabanan, dan Sukowati. Bahkan juga kota-kota di luar Jawa seperti Singkawang, Tenggarong, Pangkalan Bun, Ternate, dan Jayapura.

Bisnis bimbingan belajar memang sangat menggiurkan. Makin meluasnya peserta bimbingan belajar yang tidak lagi dimonopoli oleh siswa Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, namun juga siswa Sekolah Dasar ?bahkan siswa kelas 3 Sekolah Dasar? membuat lembaga bimbingan belajar makin ekspansif, karena sudah bisa didirikan dengan sistem waralaba. Dengan sistem ini, siapa pun bisa menjadi pemilik bimbingan belajar.

Bimbingan belajar memang telah menjadi daya tarik yang sangat kuat bagi sebagian besar siswa dan orang tua yang mengharapkan anak-anaknya ?sukses? masuk ke sekolah favorit yang mereka idam-idamkan.

Ada bermacam-macam pelajaran tambahan (les) yang bisa diikuti oleh seorang pelajar. Pelajaran tambahan sejak dulu seolah-olah menjadi kebutuhan yang sangat mendesak bagi anak untuk mengejar prestasi belajar. Seorang anak SD, misalnya, ada yang mengikuti pelajaran tambahan secara perseorangan (privat) di rumah dengan memanggil guru mata pelajaran matematika, IPA atau bahasa Inggris.

Ada pula les yang diselenggarakan oleh guru si murid itu sendiri secara pribadi di rumahnya. Juga ada les yang diselenggarakan oleh pihak sekolah, biasanya diadakan di sekolah, yang wajib diikuti oleh siswa.

Bermacam-macam pelajaran tambahan atau les ini tidak jarang atas kemauan orang tua mereka, terutama untuk anak-anak yang masih duduk di tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.

Seorang anak ikut les di luar sekolah, karena orang tuanya malu jika prestasi yang ditunjukkan oleh nilai rapor sang anak dalam suatu mata pelajaran tertentu jelek. Dengan mengikuti les seperti ini diharapkan prestasi anak meningkat, sehingga nilai rapor membaik dan orang tua menjadi bangga.

Namun, sebelum memanggil guru privat atau mengikutkan anak ke bimbingan belajar, sebaiknya orang tua melihat kondisi mental, termasuk cita-cita anak. Jangan-jangan merosotnya prestasi belajar anak lebih diakibatkan adanya masalah dalam rumah tangga anak, misalnya ketidakharmonisan hubungan antar orang tua, atau masalah lainnya.

Selain jenis pelajaran tambahan di atas, ada satu jenis pelajaran tambahan lainnya yang saat ini sangat terkenal di kalangan sebagian pelajar Indonesia yaitu bimbingan belajar.

Pelajaran tambahan ini diselenggarakan oleh sebuah lembaga tertentu yang memiliki fasilitas relatif lengkap, seperti gedung, pengajar, sarana penunjang lainnya, serta kurikulum yang sesuai dengan tingkatan siswa.

Bermanfaat
Menurut pengalaman seorang guru matematika SMA Negeri 1 Temanggung, Jawa Tengah, yang sukses mengantarkan muridnya menjadi juara International Mathematical Olympiad ke-45 (IMO) di Yunani dan meraih medali emas Olimpiade Sains Nasional ke-3 di Pekanbaru pada tahun 2004, Dra. Ning Esti, anak yang mendapatkan nilai 10 dalam ulangan mata pelajaran matematika sering kali adalah anak yang mengikuti bimbingan tes.

Namun sayangnya, anak yang mendapat nilai 10 dari bimbingan tes itu sama sekali tidak menguasai konsep, karena bimbingan tes tidak mengajarkan penguasaan konsep yang benar, sebaliknya hanya trik-trik cepat untuk mendapatkan jawaban.

"Bimbingan tes itu merusak konsep," kata guru matematika berkerudung yang tercatat sebagai salah satu instruktur di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Matematika SMA.

Menurut Ning anak-anak yang mengikuti bimbingan belajar malas mencari jawaban dengan melalui sebuah proses. Padahal menurut dia mencari jawaban lewat sebuah proses sangat berguna untuk melatih logika yang benar dalam memecahkan suatu masalah.

Masih menurut Ning, bimbingan belajar atau bimbingan tes tidak menerapkan konsep keilmuan. Sebenarnya konsep inilah yang lebih dibutuhkan oleh para pelajar, bukan cara-cara instan menyelesaikan soal-soal.

Jika konsep diberikan kepada para siswa secara benar maka meskipun sebuah soal sudah dimodifikasi dengan cara apa pun, siswa tidak akan susah mendapatkan jawabannya. "Penguasaan konsep secara baik akan bermanfaat pada aplikasi dalam kehidupan nyata," lanjutnya.

Berbeda dengan Ujian Nasional untuk tingkat SMP dan SMA, Ujian Nasional untuk tingkat SD baru pertama kali akan dilakukan pada tahun 2008 ini. Ada tiga mata pelajaran yang akan diujikan pada 13-15 Mei nanti, yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Ujian ini merupakan amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Sistem penyelenggaraan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) berbeda dengan ujian nasional SMP dan SMA. Dalam UASBN, masalah koordinasi, pembuatan dan pencetakan soal, pengawasan ujian, serta penentuan standar kelulusannya diserahkan kepada pemerintah daerah setempat. Pemerintah pusat hanya memberikan kisi-kisi soal.

UASBN ini telah menjadi ajang baru lembaga-lembaga bimbingan belajar untuk memperluas cakupan usaha mereka. Hampir semua lembaga bimbingan belajar telah memasukkan program UASBN ini ke dalam kegiatan utama mereka jauh-jauh hari sebelumnya.

Sebaliknya, para orang tua yang merasa khawatir atas kemampuan anak-anak mereka tidak punya pilihan lain memasukkan buah hati mereka untuk mengikuti pelajaran tambahan di lembaga-lembaga tersebut. Sebagai konsekuensinya, mereka harus mengeluarkan biaya ekstra yang nilainya tidak sedikit.

Anna Trihastuti, orang tua yang memiliki anak yang bersekolah di sebuah SD Negeri di bilangan Menteng Jakarta Pusat mengaku UASBN yang baru pertama kali dilakukan ini menambah beban untuk dia dan suaminya. Untuk memasukkan anak pertamanya ini mereka harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 1,5juta hingga Rp 2 juta.

"Ini bukan untuk SPP, perlengkapan belajar, atau buku sekolah, tapi hanya untuk biaya bimbingan belajar," ujarnya. Ibu muda yang bekerja di sebuah bank milik pemerintah itu berharap, dengan mengikuti bimbingan belajar anaknya bisa lulus ujian dan diterima di SMP Negeri favorit. Meskipun mengeluarkan biaya besar, saya ikhlas, lanjutnya.

Sang anak mengikuti bimbingan belajar tiga kali seminggu, masing-masing dengan waktu satu jam. Menurut anaknya, selain berlatih soal para pengajar di lembaga bimbingan belajar menjelaskan juga teori-teori yang mendasarkan soal-soal itu. Namun, porsi terbesar tetap berlatih soal.

Lain lagi yang dialami Retno Damayanti, seorang ibu yang anaknya bersekolah di sebuah SD Swasta di kota Bekasi. Retno yang berprofesi sebagai pedagang kecil itu merasa sangat terbantu karena tidak perlu mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk persiapan anaknya mengikuti UASBN.

Sekolah anaknya mengadakan sendiri bimbingan belajar, dengan pengajar guru-guru mereka sendiri. Tempatnya di sekolah mereka. Para murid hanya dibebankan Rp 150 ribu. Cukup murah jika dibandingkan dengan biaya yang dikutip lembaga-lembaga bimbingan belajar profesional.

Namun banyak juga orang tua yang tidak memasukkan anaknya untuk mengikuti bimbingan belajar dengan berbagai alasan. Bambang Hermawan, misalnya, merasa tidak perlu memasukkan putri bungsunya yang bersekolah di SD Maria Fransiska Bekasi, sebuah sekolah swasta, ke bimbingan belajar manapun.

"Anak saya prestasinya baik. Selalu masuk tiga besar di kelasnya. Saya optimis anak saya bisa masuk ke SMP favorit," katanya. Untuk meningkatkan kepercayaan diri anaknya, secara rutin Bambang melatih anaknya dengan soal-soal yang dibelinya di sebuah toko buku. Dengan begitu pengetahuan anaknya semakin bertambah.

Menjanjikan Nilai Lebih
Bimbingan tes yang saat ini bertebaran tidak saja di kota-kota besar namun juga merambah hingga ke kota kecil? dapat dikategorikan menjadi beberapa bagian.

Lembaga yang sudah berdiri puluhan tahun tentunya memiliki pengalaman yang lebih panjang dibandingkan dengan lembaga-lembaga yang baru berdiri beberapa tahun. Kategori ini sangat menentukan kualitas yang dihasilkan.

Salah satu lembaga yang memberikan layanan bimbingan tes untuk seluruh tingkat siswa adalah Primagama. Lembaga yang sudah berdiri lebih dari 25 tahun ini. Berawal hanya beberapa siswa di tahun 1982, saat ini Primagama telah ?meluluskan? lebih dari satu juta siswa.

Dengan program untuk semua tingkatan siswa ?mulai dari siswa kelas 3 SD hingga kelas 12 SMA? lembaga ini memiliki target program, materi pelajaran, serta sarana belajar yang disesuaikan dengan tingkatan siswa. Untuk siswa kelas 3-5 SD misalnya, target program yang ingin dicapai adalah sukses ulangan umum, sukses tes semester, serta peningkatan prestasi akademik di sekolah.

Dalam mengajar para siswanya, lembaga bimbingan belajar ini menerapkan tiga pendekatan, yaitu problem solving; konsep pengajaran remedial, enrichment, dan consulting; serta metode belajar smart solution.

Problem solving (pemecahan masalah) menyangkut bantuan kepada siswa yang menghadapi kesulitan belajar dan memecahkan pekerjaan rumah, serta masalah-masalah pendidikan secara umum.

Konsep pengajaran remedial, enrichment, dan consulting berhubungan dengan pengulangan, penambahan, melengkapi materi pelajaran di sekolah, pengayaan materi, serta pelayanan konsultasi pribadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar