Sabtu, 28 Agustus 2010

IRONI “Pembentukan Karakter Bangsa” di sekolah


Pagi ini ada rapat sosialisai TOT  “Pembentukan Karakter Bangsa” di sekolah. Seperti yang kita maklumi bersama karakter bangsa kita saat ini terjerembab ke jurang yang dalam, seperti yang bisa kita lihat dalam tayangan-tayangan di Televisi. Begitu banyak program-program yang sesungguhnya sangat jauh dari ukuran ideal sebagai bangsa yang katanya sangat ramah dan memegang teguh nilai-nilai kesopanan dan  keluhuran akhlak budi pekerti. Tayangan-tayangan gosip/infotainment, sinetron dan acara live show yang sangat merusak dan merugikan bagi perkembangan generasi muda bangsa ini ternyata mendapatkan jatah tayang di waktu-waktu premium dengan mendapatkan banyak sponsor yang dibuktikan dengan iklan-iklan selama masa tayang acara tersebut. Banyaknya sponsor tersebut juga membuktikan selera sajian generasi sekarang ini, karena tidak mungkin pemasang iklan akan menginvestasikan uang mereka untuk mensponsori tayangan yang tidak diminati oleh para pemirsa.

Kembali pada cerita rapat TOT tersebut, dikatakan bahwa kebobrokan mental generasi sekarang ini adalah salah satunya dikarenakan lunturnya nilai-nilai kejujuran pada diri kita. “that’s it” ,  NILAI-NILAI KEJUJURAN. Ironis sekali bangsa ini, di saat nilai-nilai kejujuran dijadikan bahan perbincangan/materi seminar nasional pada waktu yang sama pula generasi muda dipapar dengan ketidakjujuran. Seperti kasus-kasus korupsi dan kolusi serta nepotisme yang makin marak terjadi di depan mata setelah reformasi nasional. Parahnya lagi, awal ketidak jujuran ternyata dimulai dari bangku sekolah yang seharusnya bisa menjadi benteng pengaruh buruk. Ya, bangku sekolah telah menjadi ladang pembibitan yang sempurna untuk calon-calon koruptor di masa depan.
Contoh yang terjadi saat ini, yaitu penentuan KKM(Kriteria Ketuntasan Minimal) yang sangat dipaksakan pada level  7,5. Bukan pada angkanya yang menjadi masalah, akan tetapi cara untuk mendapatkan hasil minimal 7,5. Seperti yang kita ketahui Nilai adalah salah satu indikator untuk membedakan tingkat kemampuan/hasil belajar siswa. Dari nilai-nilai tersebut akan diketahui mana anak yang berhasil, kurang berhasil ataupun gagal dalam pencapaian hasil belajarnya.  Malangnya lagi ketika adalah ketika ada salah satu peserta rapat yang mempertanyakan  KKM tersebut, oleh pemateri yang notabene baru saja mendapatkan pelatihan TOT “Membangun Karakter Bangsa” di Malang menjawab “Mau bagaimana lagi  kita, karena kalau tidak begitu anak-anak didik kita akan kalah bersaing dengan siswa-siswa dari sekolah lain yang mutunya di mata masyarakat ada di bawah sekolah kita”. KONTRADISI sekali bukan?. Karena nilai KKM 7,5 seringkali didapatkan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kejujuran yang di awal mereka paparkan.
Sangat sering sekali, pencapaian KKM 7,5 ketika lewat jalan yang normal seperti remedial teaching dan dilanjutkan dengan remedial test ternyata juga tidak berhasil membuat anak didik lebih baik nilainya dalam 1 mata pelajaran, kemudian akan dilanjutkan dengan cara-cara yang kurang jujur untuk mengubah nilai anak tersebut. Di mulai dengan pendekatan kekeluargaan dengan alasan “ Ini demi masa depan anak-anak kita juga, mohon bisa dimengerti arti penting nilai ini untuk mengejar gengsi mendapatkan sekolah/perguruan tinggi yang sesuai dengan keinginan anak(favorit) sampai dengan cara-cara intimidasi tidak langsung yang intinya adalah bagaimanapun cara yang di tempuh yang penting anak mendapatkan nilai yang sebenarnya tidak sesuai dengan fakta.
Akhirnya rapat pagi ini saya simpulkan sendiri karena tidak ada jawaban yang memuaskan dari pemateri TOT “Satu-satunya negara di dunia yang menteri agamanya masuk bui karena korupsi ya Cuma................................”  IRONIS!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar