Dari sekian hambatan yang kita alami, diantaranya adalah mendapatkan tenaga pengajar (tentor) MIPA-Fisika yang potensial. Hal ini terasa kontras dengan slogan kota Madiun yaitu GADIS (kota Perdagangan, Pendidikan dan Industri). Sebagai kota Pendidikan dan Industri peran pengajar bidang studi MIPA khususnya Fisika terasa erat sekali kaitannya. Kota Industri membutuhkan tenaga-tenaga terampil dan berkualitas dalam bidang IPTEK khususnya Fisika, tapi yang terjadi di lapangan sangat bertolak belakang. Dunia Pendidikan tinggi, dalam hal ini adalah Perguruan Tinggi, yang menyediakan tenaga-tenaga pengajar bidang studi Fisika kurang mampu untuk bisa menghasilkan lulusan-lulusannya yang kompeten dan bersaing. Ini bukan celaan ataupun kritikan semata tapi ini adalah FAKTA.
Perjalanan kami selama hampir 7 tahun membuktikan hal itu. Seringkali kami membuka lowongan tentor bidang studi MIPA (Fisika, Biologi dan Matematika) kita mendapati hanya tenaga pengajar Matematika yang bisa menunjukkan kualitas dan kompetensinya, sedangkan yang lain masih belum. Permasalahan yang sering kita temui pada calon pelamar yang kita tes adalah :
- Kurangnya penguasaan konsep dan logika dasar Fisika
- Kurang percaya diri dari peserta tes akan kemampuannya (hal ini tercermin ketika akan tes micro teaching, banyak peserta yang menanyakan siswa yang akan diajar dari SMA mana?manakala yang akan dihadapi adalah siswa dari SMA favorite, mereka serta merta mengundurkan diri saat itu juga)
- Kurangnya pengalaman mengajar sehingga seringkali gelagepan (jawa.red) ketika materi yang di minta tidak mereka persiapkan sebelumnya. Dll
Pendidikan Tinggi Swasta TERBAIK di Jawa Timur yang diharapkan akan menjadi PT Negeri kelak. Sementara ini BC masih mengandalkan tentor Fisika anak Madiun lulusan dari PTN kota malang. Harapan kami adalah munculnya tenaga-tenaga potensial Fisika lulusan dalam negeri (Madiun) yang bisa menunjukkan kiprahnya atau…….. BC memang belum menemukan orang-orang pilihan tersebut? WHO KNOWS?
Ada juga statement yang terasa lucu bagi kami. “Apapun pekerjaanya yang penting pakai seragam (tenaga pengajar komite atau sukwan di sekolah-sekolah)”. Taruhlah berapa gaji mengabdi di sekolah, dengan harapan suatu saat bisa diangkat jadi PNS entah berapa tahun lagi tak pasti, dan saya yakin penghasilan mereka minim karena ada yang harus mengabdi lebih dari 2 sekolah …WOW capeknya! Karena tentu mereka hanya akan dijadikan sapi-sapi perahan senior atau yang sudah PNS. Itulah kenyataanya, negeri yang masih mendewakan seragam. Padahal bila dibandingkan dengan crew BC yang kreatif dan pantang malu dan menyerah, penghasilan mereka berbeda jauh.. sekarang pilihannya ada pada ANDA mau pilih yang mana? Kalau saya
“ PILIH DUA-DUANYA”ya usaha kreatif halal dan PNS
note to mbak Rosi:
nih dah aku update blognya. kasih comment ya!!!! n NEVER GIVE UP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar